
“Artinya : Bagaimana
kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur)
dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil
dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisaa’ : 21).
Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya,
khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan
penuh tanggung jawab. Pernikahan merupakan jalan fitrah yang bisa menuntaskan
gejolak biologis dalam diri manusia, mendapatkan sakinah (ketenangan), cinta
(mawaddah), kasih (rahmah) dan keturunan dalam rangkaian ridho Rabbil Iddzati. Sebagaimana
firman Nya,
“Diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan
merasa tentram kepadanya; dan Dia menjadikan rasa kasih sayang di antara
kalian,” (Q.s. Ar Rum:21)
Masalah pernikahan ini telah diatur dengan cantiknya dalam
islam. Mulai dari proses mencari pendamping hidup, proses ta’aruf, khitbah
sampai dengan pernikahan hingga tata cara menjalani malam pertama dan cara
membina keluarga. Islam merupakan agama yang kaffah, sehingga tiap sendi
kehidupan manusia telah termaktub didalamnya, tinggal kita yang menjalankannya
sesuai petunjuk Al Qur’an dan sunnah. Namun dalam pembahasan kali ini, saya
hanya akan mengkerucutkan pada tata cara menjalani malam pertama atau adab Az
Zifaf bagi pasangan pengantin.
Setelah resmi menikah pasangan pengantin akan menjalani malam
pertamanya sebagai pasangan suami dan istri. Walaupun mereka telah resmi
sebagai suami istri namun islam telah mengatur adab untuk menjalani malam
pertama ini, yang terkadang terlupakan atau tidak diketahui banyak orang. Oleh
karenanya, mari kita bahas satu persatu adab tersebut.
1. Bersikap
lemah lembut kepada istri
Seorang suami dianjurkan untuk bersikap lemah lembut kepada
istrinya, sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah terhadap
istri-istrinya. Ini bisa terlihat pada saat Rasulullah menawarkan susu kepada
Aisyah, ketika baru menikahinya, berdasarkan hadist yang diriwayatka oleh Asma’
binti Yazid As Sakan, ia berkata,
“Saya pernah menghias Aisyah untuk disandingkan kepada Nabi
SAW. Saya kemudian datang kepada beliau dan memanggil Beliau untuk mendatangi
Aisyah. Beliau mengambil segelas susu, lalu Beliau minum. Beliau kemudian
menyodorkannya kepada Aisyah. Aisyah menundukkan kepalanya tersipu malu.”
2. Memegang
ubun-ubun istri dan berdo’a untuknya
Dianjurkan kepada seorang suami meletakkan tangannya
diubun-ubun sang istri seraya berdo’a, memohon kepada Allah Ta’ala agar
pernikahannya membawa keberkahan. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah
SAW berikut ini,
ﺍﻟﻟﻬﻡ ﺍﻧﻲ ﺃﺴﺄﻟﻚ ﺧﻴﺮﻫﺎ ﻮﺧﻴﺮ ﻤﺎ ﺠﺒﻟﺗﻬﺎ
ﻋﻟﻴﻪ ﻮﺃﻋﻮﺬﺒﻚ ﻤﻦ ﺸﺮﻫﺎ ﻮﺸﺮ ﻤﺎ ﺠﺒﻟﺘﻬﺎ ﻋﻟﻴﻪ
“Allahumma inni asaluka minkhoyri Ha wa khoyri ma jabaltaha
‘alayhi, wa a’udzubika minsyarri Ha minsyarri ma jabalta a’layhi”
“…..’Wahai Allah, aku memohon kepada-Mu munculnya kebaikan
darinya dan dari segala apa yang Engkau ciptakan pada dirinya; dan aku
berlindung kepada-Mu dari keburukannya dan dari segala apa yang Engkau ciptakan
pada dirinya.’ ”
3. Shalat
dua rakaat
Dianjurkan kepada pasangan suami istri yang baru menikah
untuk melakukan sholat sunnah dua raka’at, sebagaimana hal ini biasa dilakukan
oleh para salaf. Dimana ada dua atsar yang mendasarinya” dan salah satunya
adalah dari Abu Sa’id, maula Abu usaid, ia berkata,
“Saya menikah pada saat saya masih berstatus budak. (Dalam
pernikahan tersebut) saya mengundang beberapa orang sahabat Nabi SAW,
diantaranya Ibnu Mas’ud, Abu Dzar, dan hudzaifah. Kemudian terdengarlah iqamat.
Tatkala Abu Dzar bersiap menjadi imam, para sahabat berseru, ‘Jangan kamu!’ ia
menukas,’Begitukah?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Akhirnya sayalah yang maju
mengimami shalat, padahal waktu itu saya masih menjadi seorang budak. Setelah
selesai sholat, mereka menasehati saya. Mereka berkata, ‘Bila kamu hendak
mengumouli istrimu, hendaklah kamu megerjakan sholat, kemudian berdo’alah
kepada Allah dan mintalah munculnya kebaikan dari dirinya serta berlindunglah
kepada-Nya dari keburukan dirinya. Setelah itu, sesuka kalian berdua.’ ”
4. Do’a
ketika bersetubuh
Dianjurkan kepada seorang suami sebelum bersenggama dengan
istrinya untuk membaca do’a berikut ini.
“Dengan nama Allah, wahai Allah, jauhkanlah kami dari setan
dan jauhkanlah setan dari anak yang akan Engkau anugerahkan kepada kami.”
Nabi Muhammad SAW, pernah bersabda “Seandainya Allah
menakdirkan keduanya memperoleh anak (dari hubungan tersebut), maka setan tidak
akan membahayakan ank tersebut selama-lamanya.” (H.R Bukhari)
5. Cara
bersetubuh
Seorang suami boleh menyetubuhi istrinya dengan cara apapun
asal pada kemaluannya, hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala
“Istri kalian adalah milik kalian. Oleh karena itu,
datangilah lading tersebut sesuka kalian.” (Qs. Al Baqarah:223)
6. Haram
menyetubuhi dari dubur
Seorang suami haram
menyetubuhi istrinya dari dubur, sesuai hadist berikut,
“Allah tidak mau melihat seseorang yang menyetubuhi istrinya
pada duburnya.” (HR An Nasai, Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
7. Berwudhu
bila hendak menggulang persetubuhan
Apabila seorang suamim hendak mengulangi senggama, hendaklah
berwudhu terlebih dahulu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW,
“Bila salah seorang dari kalian menyetubuhi istrinya lalu
berkeinginan mengulangi hendaklah ia wudhu (dalam riwayat lain disebutkan:
wudhu sebagaimana wudhu ketika hendak sholat), karena yang demikian itu akan
menambah gairah untuk mengulanginya lagi.”
(HR Muslim)
8. Mandi
lebih baik, bila hendak megulang persetubuhan
Tetapi akan lebih baik bila seorang suami mandi ketika hendak
mengulang persetubuhan. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan Abu Rafi’.
Abu Rafi’ berkata, “Saya bertanya kepada Rasullulah, ‘Wahaia rasullulah, apakah
tidak cukup dengan sekali mandi saja?’ Belaiau menjawab, ‘Tidak, karena ini lebih
suci, lebih baik dan lebih bersih.’ ” (HR Abu Dawud, An Nasai, At Thabrani dan
Abu Nu’aim)
9. Orang
junub sebaiknya mandi dahulu sebelum tidur
Akan lebih baik bagi suami istri yang telah junub, mandi
janabat terlebih dahulu bila hendak tidur, sebagaimana hadist berikut ini,
Abdullah bin Qais, berkata, Saya pernah bertanya kepada ‘Aisyah,
“Apa yang beliau lakukan ketika junub; apakah mandi dulu kemudian tidur ataukah
tidur saja kemudian mandi?” Dia menjawab, “Keduanya pernah dilakukan beliau. Terkadang
beliau mandi dulu kemudian tidur; dan terkadang juga tidur saja kemudian mandi.”
Saya berkata, “Segala puji milik Allah yang telah membuat
keleluasaan dalam masalah ini. (HR Muslim, Abu Awanah, dan Ahmad)
10. Tata cara
mandi janabat (setelah junub)
Adapun tata cara
mandi janabat adalah sebagai berikut:
a. Membaca
basmalah, denga niat menghilangkan hadats besar melalui mandi. Selanjutnya membasuh
kedua telapak tangan tiga kali.
b. Setelah
itu beristinja’ dan membersihkan segala kotoran yang terdapat pada kemaluan.
c. Berwudhu’
seperti ketika hendak mengerjakan sholat.
d. Membasuh
kepala dan kedua telinga sebanyak tiga kali.
e. Selanjutnya
menyiramkan air ke seluruh tubuh.
Hal ini sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Aisyah,
“Apabila Rasullulah
SAW hendak mandi jenabat, beliau memulai dengan membasuh kedua telapak tangan
sebelum beliau memasukkannya kedalam bejana. Kemudian beliau membasuh kemaluan
kemudian berwudhu’ sebagaimana hendak melaksanakan sholat. Lalu beliau
menyela-nyela rambutnya dengan air. Setelah itu, beliau menyiram kepalanya tiga
kali dan menyiramkan air ke seluruh tubuhnya.” (HR. Tirmidzi)
11. Haram
menyetubuhi istri yang sedang haidh
Suami dilarang
bersenggama dengan sitrinya, saat sang istri sedang haidh, sebagaimana firman
Allah SWT berikut ini,
“Dan mereka bertanya
kepadamu (wahai Muhammad), mengenai (hukum) haid. Katakanlah: "Darah haid
itu satu benda yang (menjijikkan dan) mendatangkan mudarat". Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan (jangan bersetubuh dengan
isteri kamu) dalam datang darah haid itu, dan janganlah kamu hampiri mereka
untuk bersetubuh) sebelum mereka suci. Kemudian apabila mereka sudah bersuci
maka datangilah mereka menurut jalan yang diperintahkan oleh Allah kepada kamu.
Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang banyak bertaubat, dan mengasihi
orang-orang yang sentiasa mensucikan diri.”
(Al Baqarah: 222)
12. Yang halal
dilakukan sang suami bila istri dalam keadaan haidh
Diperbolehkan kepada
suami menikmati tubuh istrinya yang sedang haidh, kecuali bersetubuh dengannya,
seperti hadist berikut ini.
“Lakukanlah apa saja
sesuai kehendak kalian keculai bersetubuh”
Hadist ini merupakan
potongan hadist yang diriwayatkan dari Anas.
Dan masih ada dua hadist lainnya.
13. Yang
dilakukan suami istri pagi hari setelah malam pertama
Sangat dianjurkan
bagi pasangan pegantin yang telah menjalani malam pertama untuk mendatangi kaum
kerabat yang telah mendatangi walimahnya, member salam kepada mereka dan mendo’akannnya.
Ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan Anas ra,
“Rasullulah SAW mengadakan
walimah ketika beliau menikah dengan Zainab. Beliau menjamukaum muslim yang
datang dengan roti dan daging hingga mereka kenyang. Kemudian beliau mendatangi
ummahatul mu’minin, mengucapkan salam, dan mendo’akan mereka. Sebaliknya mereka juga mengucapkan salam dan mendo’akan
beliau. Beliau melakukan hal itu pagi hari setelah menjalani malam pertamanya
dengan Zainab.”
Sebenarnya masih ada
beberapa hal yang ingin saya paparkan disini berkaitan tentang masalah ini,
tapi karena keterbatasan satu dan lain hal, maka saya hanya mengangkat hal-hal
yag saya anggap pokok saja. Saya memohon maaf atas segala kekurangan dari
artikel ini.
Wallahu ‘alam bishawab
referensi:
*Muhammad Nashiruddin Al Albani.2004.Adab Az Zifaf. Media Hidayah:Jogjakarta
*Syekh Kamil Muhammad 'Uwaidah.1998.Fiqih Wanita.Pustaka Al Kautsar: Jakarta.
Oleh Wenny Trie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar